Setiap orang di dunia ini, apa pun agamanya, pasti mengharapkan hidup yang bahagia. Oleh karena itu, dengan berbagai cara orang akan berusaha untuk meraihnya. Ada orang yang menumpuk-numpuk harta, karena ia yakin dengan harta yang banyak ia akan hidup bahagia. Ada orang yang memburu jabatan, sebab ia menduga dengan jabatan tinggi ia akan hidup bahagia. Ada juga orang yang terus menerus memburu titel kesarjanaan, karena ia yakin dengan titel itu ia akan dipuja dan dipandang orang yang pada akhirnya akan membuat ia bahagia.



Kekayaan, Jabatan dan titel


Benarkah dengan kekayaan, jabatan atau dengan titel, orang akan mendapatkan kebahagiaan hidup? Tentu tidak. Tidak sedikit orang yang kaya dengan harta, rumah mewah, mobil banyak, dan perusahaan melimpah, tetapi hidupnya tidak bahagia. Tidak sedikit orang yang memiliki jabatan tinggi, malah masuk penjara karena tidak bisa mengemban jabatan yang diterimanya. Kemudian, tidak sedikit pula orang yang memiliki titel kesarjanaan yang tinggi, harus menanggung malu yang amat sangat, karena titel kesarjanaannya bukan dijadikan potensi untuk berkarya dan bermanfaat bagi orang lain, melainkan malah menjadi bumerang bagi dirinya sendiri. Bukankah mereka adalah orang-orang yang justru tidak bahagia?  Kalau bukan terletak pada harta, jabatan, dan titel, lalu dimanakah letak kebahagiaan hidup itu?

Kebahagiaan Adalah Kebesaran Hati


Rasulullah SAW. pernah menuturkan dalam haditsnya, letak kebahagiaan itu bukan pada jabatan, harta kekayaan atau pangkat yang tinggi, melainkan terletak pada kebesaran hati. Hanya dengan hati yang lapanglah orang akan merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya. Hanya dengan jiwa yang tenanglah orang akan merasakan hakikat hidup. Demikian pula hanya orang-orang yang besar hatilah yang akan merasakan manisnya kehidupan ini. Mengapa demikian?

Ketahuilah, manusia itu diberi tiga potensi (3R) :

  • Raga
  • Rasa
  • Rasio
Masing-masing potensi memerlukan suplai makanan agar senantiasa tumbuh dan berkembang. Potensi raga tentu memerlukan makanan yang bersifat jasmaniyah, seperti :

  1. Nasi
  2. Lauk Pauk 
  3. Sayuran
  4. Buah-buahan
  5. Susu
Jika kebutuhan ini tercukupi, raga manusia akan tumbuh dan berkembang dengan sehat dan seimbang. Sama halnya dengan raga, rasa pun memerlukan suplai makanan. Tentu makanannya bukan berupa nasi dan lauk pauk, tetapi makanan ruhaniyah. Raga akan sehat ketika kebutuhan makananya tercukupi, begitu pula dengan rasa. Ia akan senantiasa tenang, damai, dan tentram ketika makanan ruhaniyahnya terpenuhi karena sumber kebahagiaan berasal dari rasa. Oleh karena itu, untuk membangkitkan rasa bahagia tidak ada jalan lain kecuali harus memberi makan rasa. Orang yang mampu mengerjakan ini tidak lain adalah orang yang saleh, yaitu orang yang mampu mengamalkan amal saleh-amalan yang dapat mengantarkan pada pertemuan dengan Tuhan.